Angin laut yang terus berbisik di Teluk Bidara ini adalah bicara tentang kehidupanku. Di sinilah sewaktu kecil, aku lelah bermain-main mengejar ombak dan anak-anak ketam yang sedang berlarian di pasir pantai. Di sini jugalah, aku akan terus berbicara tanpa jemu tentang laut, ikan, sotong, udang, si camar, terumbu karang, ombak badai, gelombang laut, sang helang berdada merah dan tentang segunung harapan di hatiku. Di pantai Teluk Bidara inilah angin dari Laut China Selatan akan terus berbisik tanpa henti. - Upenyu
Wednesday, November 25, 2009
Rindu kembali mengamit
Di puncak ini
pernah kita ukir janji
sambil bercerita tentang cinta
lewat setelah gerimis berlalu
tika jejarimu dan jejariku jadi satu
Di puncak ini
kita pernah lagukan rindu
hijau rumput jadi hamparan
alas mengulit mimpi kita
sambil didakap kabus cemburu
takala dingin menjadi saksi
Di puncak ini
akhirnya aku sendiri
memadam rindu
memadam janji
memadam mimpi
mengutip sisa air mata
bila cinta
kau balutinya
dengan luka
dengan dusta
Di puncak ini
rinduku kembali mengamit
- Kundasang, Sabah 11 November 2000
*Antara puisi terawal.
Labels:
Puisi,
puisi cinta,
Puisi Teluk Bidara,
puisi upenyu,
teluk bidara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Selamat menyambut Aidil Adha yang bakal menjelang. Semoga hidup kita selalu di berkati ALLAH, sampai satu saat kita pasti kembali kepadaNYA.
ReplyDelete~~ salam aidil adha semoga seikhlas korban ~~
Salam sr,
ReplyDeleteah romantis sekali...saya ikut terlena dialun kata-kata yang begitu tersusun indah.
ahh...menarik abg sham!
ReplyDeletebest!
★~★SalAm MaAL hIjrAH 1431H★~★
ReplyDeleteHijrah Itu Pengorbanan
Hijrah Itu Perjuangan
Hijrah Itu Persaudaraan
Hijrah Membentuk Perpaduan
bersama kita hiasi diri dengan ilmu, amal, dan iman.
(^_^)
salam ziarah pak penyu..datang membaca di sini..hehe
ReplyDelete