Angin laut yang terus berbisik di Teluk Bidara ini adalah bicara tentang kehidupanku. Di sinilah sewaktu kecil, aku lelah bermain-main mengejar ombak dan anak-anak ketam yang sedang berlarian di pasir pantai. Di sini jugalah, aku akan terus berbicara tanpa jemu tentang laut, ikan, sotong, udang, si camar, terumbu karang, ombak badai, gelombang laut, sang helang berdada merah dan tentang segunung harapan di hatiku. Di pantai Teluk Bidara inilah angin dari Laut China Selatan akan terus berbisik tanpa henti. - Upenyu

Saturday, August 1, 2009

Aku nikmati kelmarin yang robek (Puisi senafas)





Masih aku rindu nafasmu
yang pernah berlari di padang kontang
menjadikan aku tidak perlu lagi endah
tentang ketidakpedulianmu
terus berdiri bagai tunggul reput bisu
menanti saat pergi
kadang-kadang perasaan itu sendiri
sukar dimengertikan
dan enggan memahami
tentang malam yang hauskan bintang
membiarkan aku tangiskan kelmarin
ketika mengalir lagi pilu
pada angin lalu
tidak tersentuh penantian
rindu jadi seribu kekaburan
berkirim pada nyaring lagu sang cengkerik
buat malam melakarkan warna hitam
menutup retak-retak pada langit anganku
di balik sesawang cermin kusam
engkau masih kuterlihat
dalam semanis senyum sang perawan
jemariku menyentuh kepedihan
terhiris oleh garis-garis retak kaca
engkau
tersenyum
ketawa
menangis
aku
masih
menikmati
kelmarin yang robek



- Teluk Bidara



Image by http://i8.photobucket.com/albums/a5/ukimunjul/11936646464790l.jpg

No comments:

Post a Comment