Angin laut yang terus berbisik di Teluk Bidara ini adalah bicara tentang kehidupanku. Di sinilah sewaktu kecil, aku lelah bermain-main mengejar ombak dan anak-anak ketam yang sedang berlarian di pasir pantai. Di sini jugalah, aku akan terus berbicara tanpa jemu tentang laut, ikan, sotong, udang, si camar, terumbu karang, ombak badai, gelombang laut, sang helang berdada merah dan tentang segunung harapan di hatiku. Di pantai Teluk Bidara inilah angin dari Laut China Selatan akan terus berbisik tanpa henti. - Upenyu

Thursday, May 28, 2009

Seorang gadis yang tersipu malu

Seorang gadis yang tersipu malu, sendirian tersenyum di kerudung malam. Gaun biru muda jahitan ibu, membalut mesra putih kulitnya. Dia duduk manis di bibir pintu. Sebatang pena di tangan, selembar kertas dan seguris rasa di hati. Dipujuk jiwa segera beradu agar dingin hadir dalam lembut memujuk. Ingin digoreskan tentang apa yang belum sempat terasakan. Tentang langit malam yang dihiasi angan-angan dan tentang rembulan bergegas lewat tanpa jawab. Lalu dituliskan... ruang rindu ini
aku kembali bertamu.

Di antara ribuan bintang-bintang
yang terhias di dada langit,
Kejora biru itukah untukku?
Pesanlah ia agar segera kemari
walau cuma di lewat mimpi-mimpi
pada setiap lena tidurku.

Telah ada keresahan
yang terbenam
dalam rindu yang tertahan
dan cinta itu tersembunyi
jauh di dasar hati.

Dingin ini telah terlalu lama
menjadi teman bicaraku.

Entah pada suatu ketika, angin membawa dia ke dakapan cinta. Merangkul aroma resahnya dengan tangan sepenuh hasrat. Sehingga waktu saling menyuapi lagu dan puisi. Cintanya terdampar di hamparan sahara, melintasi kehausan dengan nafas pahit. Sebagai putik bunga dengan segala kemabukan berwarna biru.

Dan saat itu juga dia masih menanti kejora mengirim cinta. Dia menanti dan terus menanti. Apakah hari ini juga seperti hari-hari semalam, hanya sepi yang berkirim salam. Telah berulang dikirim isyarat rindu lewat sang pungguk merayu bulan. Di ranting kasih yang berombak lembut, telah terbawa sungai ke hujung matanya. Rindu itu melambai lagi, menjadi sembilu membalut sepinya.

Walau harapan terus layu
diri perit dihempas waktu
walau impian terus membayang
aku ingin terus menyintaimu.

Aku ingin menyintaimu
walau hati terus didera pilu
kepedihan yang terus bergulir
namamu kian jelas terukir.

Cinta seharusnya membahagiakan
Karena hidup itu anugerah Illahi
kehidupan harus berjalan
dan aku harus bertahan
dengan atau tanpamu.

Dia mulai ragu saat tersapa cinta, dan kini mula terhirup rindu yang menyesakkan dada. Ketika hati mula berbicara, lorong dihadapannya itu hampa. Dia terlena mencari makna dari kerlingan mata dan sentuhan yang membiru. Cintakah itu? Saat ku tatap matamu, terpesona dan hanya hati berkata-kata. Cintakah itu? Saat dirimu mula pergi, terasa semangat layu tak bermaya. Cintakah itu? saat rindu mencengkam jiwa, sepi, dan menyakitkan. Jika sememangnya cinta itu satu perasaan yang membahagiakan, kenapa dirinya sangat derita? Maka dicoretkan lagi tentang resah.

Saat hatiku tersentuh dia
ada pijar yang terbentang
lorong mendatang itu sulit
berliku dan kelam tanpa ehsan
perisaiku kekuatan yang redha

Masih kupegang erat
dan telah kuhalangi waktu
biar segan berlalu
segera memelukku erat
dengan mata terpejam
dan hati menggumam

Maafkanlah dia kerana telah membisu. Cinta itu membuat dia kehilangan kata-kata. Ada geriji ilusi yang memenjarakan kata. Diam dalam resah itu adalah dia. Seorang dia, yang sering tertambat kunci di rantai keberanian. Terseksa dalam rasa menghimpit tanpa undang. Dia yang tersipu malu masih menanti kejora menghulur pelangi.

Aku bukanlah sesiapa
dalam hidupmu
namun aku tetap
seseorang yang kau kenal
seorang yang pernah
kau lamarkan cinta
lewat selaksa puisi-puisimu.

Maafkan aku kerana membisu
diamku itu mahu sang dara
yang kali pertama disapa teruna.

Gelombang asmara itu datang lagi, bahkan menyapa lebih awal tengah malam mengetuk pintu hati saat gejolak asmaranya bergelora. Dia masih semekar melati. Angin dari gundah dadanya, bergegas terbang mendesir ikuti hati bergoyang derukan gerak membuat fikiran terbuai menangkap setiap pesan muncul.

Di bawah pancar rembulan, irama mengalunkan lagu, nyanyikan lagu rindu pada syurga yang kabur. Senyum yang selalu terkembang, sinari kegalauan jiwa menikmati perjalanan geraknya. Barangkali hidup seperti seorang penari laut menarikan pesan hati yang selalu bergolak berharap akan ada yang datang dan memberi erti lalu ikuti gerak dan tenggelam dalam waktu raga menghilang, jiwa terbang menuju tanah impian.

Sekeping hati pun bertanya lagi tentang cinta pagi ini, senyum manis kembali menghampiri, mengetuk dan bertamu pada ketulusan diri. Sekeping hati kembali menjamu. Langit akan selalu mencintai bumi dengan sinar mentari dan air hujannya. Cinta umpama sebongkah rindu yang tak pernah terselesaikan. Rasa ini menjadi teristimewa untuk diri seperti senja terbit kembali

Dia ingin diterbangkan angin keluar dari cinta yang hanya sebentuk dinding dingin. Dicuba berlari mengejar bayangan yang sering datang menghantui. Terhempas dia dalam keinginan kalbu. Dipeluk ranting tua untuk hembuskan angin, agar dapat melayangkan hati terbang dalam langit cinta. Hanya yang dia ingin, angan ini bersambut.

Aku ingin mengarungi samudera rasa
berlayar dalam biduk asmara
menuju ke suatu pulau cinta
rinduku yang tersisih
sunyiku yang berpatah
lidah ku biar bernyanyi

Alam pasti berbisik
suatu hari kami akan menerbangkanmu
ke angkasa menuju kejora
bintang itu sangat gemerlap
menerangi dengan kilauan nyata
Kami akan membawamu kepadanya

Aku pun terpana
tanpa mampu mensyairkan kata
tapi aku tau
itu pertanda cinta

Seorang gadis yang tersipu malu itu kehabisan dakwat. Penanya telah kering. Lembaran kertas itu masih banyak yang kosong. Masih rindu itu belum terjawab. Dia lelah menjawab diri. Perlukah disalahkan diri yang tersipu atau takdir itu yang enggan berbicara dengannya. Malu itu tidak percuma, ia datang dengan harga mahal perlu dibayar.

Dia memutus untuk terus di situ, menunggu dengan asa, walau apa jua harga yang perlu dibayar. Dia seorang gadis yang tersipu malu.




Picture by
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwBJJ7F_IARRox3GD_VgG2fZJk6D0IuT4uGf2YbAexX5B8M4EibKBLgxDLu7kg8kDhTHVXmbus5_DDmyOkyNDlkdylwJT3QG7vhg9Y93k84C2JHnSBeBreM-ZI50qxotUomat5iD9WCME/s320/Ndary+Termenung.jpg

2 comments:

  1. Salam
    Salam singgah dan kenal
    Trskan usaha sdra mnlis puisi yg indah dan puitis ini.

    ReplyDelete
  2. indah rasa seindah bait katanya... mengelamun aku seketika kala setiap lantun bicaranya mengelus sekeping hati yang menanti dan terus menanti...menunggu sebuah jawapan yang tak pasti, tersipu malu di bibir pintu...

    salam buat sahabatku Abang Sam.... secangkir kopi panas ku tinggalkan buatmu... menghangatkan malammu, biar terus menemanimu mengguris kata di dada kertas putih....

    ReplyDelete